Kamis, 01 Desember 2011

Model Pembelajaran Portofolio


Portofolio dapat diartikan sebagai suatu wujud benda fisik, sebagai suatu proses sosial paedagogis, dan sebagai adjective. Sebagai benda fisik, protofolio adalah bundel. Kumpulan atau dokumentasi hasil kerja peserta didik yang terkumpul dalam satu bundel. Misalnya hasil tes awal (pre test), tugas-tugas terstruktur, hasil tes akhir (pos test) dan sebagainya. Sebagai suatu proses social paedagogis, portofolio adalah collection of learning experience yang terdapat dalam pikiran peserta didik, baik yang berwujud pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor). Sebagai adjective, portofolio seringkali disandingkan dengan konsep lain, seperti konsep penilaian sehingga dikenal dengan istilah penilaian berbasis portofolio (portofolio based assessment) (Budimansyah, 2002).
Landasan pemikiran pembelajaran portofolio mendasarkan diri kepada sejumlah hal sebagai berikut.
1.    Empat pilar pendidikan. Sebagai landasan pembelajaran portofolio adalah learning to do, learning to know, learning to be, dan learning to live together yang dicanangkan oleh UNESCO. Peserta didik harus diberdayakan agar mau dan mampu berbuat untuk memperkaya pengalaman belajarnya (learning to do) dengan meningkatkan interaksi dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik, social, maupun budaya. Ketika peserta didik telah mengerjakan hal tersebut diharapkan mampu membangun pemahaman dan pengetahuannya terhadap dunia sekitarnya (learning to know). Diharapkan hasil interaksi dengan lingkungan sekitar tersbut dapat membangun pengetahuan dan kepercayaan dirinya (learning to be). Kesempatan berinteraksi dengan berbagai individu atau kelompok yang bervariasi (learning to live together) akan membentuk kepribadiannya untuk memahami kemajemukan dan melahirkan sikap-sikap positif dan toleran terhadap keakeragaman dan perbedaan hidup yang berkembang di masyarakatnya.
2.    Pandangan konstruktivisme. Pandangan ini menganggap bahwa semua peserta didik memiliki gagasan/ pengetahuan tentang lingkungan dan gejala yang ada di dunia sekitarnya, meskipun gagasan itu masih sangat terbatas. Pendidikan merupakan upaya untuk mengorganisasi pengalaman sehingga gagasan-gagasan itu menjadipengetahuan baru yang bermanfaat. Peranan guru adalah sebagai fasilitator, organisator, pemimpin, motivator.
3.    Democratic teaching. Pengajaran demokratik adalah suatu bentuk upaya yang menjadikan sekolah sebagai pusat kehidupan demokrasi melalui pembelajaran yang demokratis. Dengan kata lain democratic teaching merupakan proses pembelajaran yang dilandasi oleh nilai-nilai demokrasi. Nilai-nilai itu adalah pengahargaan terhadap kemampuan, menjunjung tinggi keadilan, menerapkan sesempatan, dan memperhatikan keragaman peserta didik. Dalam pelaksanaannya para guru harus memposisikan peserta didik sebagai insane yang harus dihargai kemampuannya dan diberi kesempatan untuk mengembangkan prestasinya.
Sementara prinsip-prinsip pembelajaran portofolio adalah sebagai berikut.
1.    Prinsip belajar peserta didik aktif. Peserta didik diberikan peranan aktif mulai dari perencanaan, pelaksanaan di lapangan, dan pelaporan hasil. Dalam tahap perencanaan aktivitas peserta didik terlihat pada saat mengidentifikasi masalah dengan menggunakan teknik brain storming.  dalam tahapan kegiatan lapangan aktivitas peserta didik lebih tampak dengan menggunakan teknik wawancara, pemngamatan untuk memperoleh informasi. Pada tahapan pelaporan aktivitas peserta didik berfokus pada pembuatan portofolio kelas. Segala bentuk data disusun secara sistematis dan disimpan pada sebuah bundel (portofolio seksi dokumentasi). Adapun data yang paling penting dan menarik ditempel pada portofolio seksi penayangan, yaitu papan panel untuk display. Setelah portofolio selesai dibuat dilakukan public hearing dalam kegiatan show case di hadapan dewan yuri. Kegiatan ini merupakan puncak penampilan peserta didik.
2.    Kelompok belajar kooperatif. Pembelajaran portofolio menerapkan prinsip belajar kooperatif, yaitu proses pembelajaran yang berbasis kerjasama. Kerjasama dengan berbagai pihak dalam rangka memperoleh data/informasi. Misalnya dengan sesame teman, orang tua, nara sumber, pejabat pemerintah, lembaga pemerintah dan non pemerintah, dan lain sebagainya.
3.    Pembelajaran partisipatorik. Pembelajaran portofolio menganut prinsip pembelajaran partisipatorik, sebab melalui model ini peserta didik belajar dengan melakukan (learning by doing). Sebagai contoh peserta didik melakukan belajar hidup berdemokrasi di sekolah, dalam sebuah proses pemilihan ketua OSIS. Dengan demikian kegiatan itu mengajarkan demokrasi harus dalam suasana demokratis. mengajarkan kegiatan itu tentu saja harus dalam suasana yang demokratis. Tujuan ini akan dapat tercapai jika dalam pembelajaran berdasarkan kepada prinsip partisipatorik.
4.    Reactive teaching. Pembelajaran portofolio mendasarkan kepada pemebalajaran reaktif. Artinya guru perlu menciptakan strategi yang tepat agar peserta didik selalu memiliki motivasi yang tinggi. Guru harus memiliki sensibilitas untuk segera mengetahui apakah pembelajaran menarik atau tidak. Ciri guru yang reaktif di antaranya menjadikan pengalaman peserta didik, selalu berupaya membangkitkan motivasi peserta didik, mengenali materi dan metode yang membosankan.
Langkah-langkah pembelajaran portofolio adalah sebagai berikut.
1.    Mengidentifikasi masalah. Dalam suasana kelompok kecil peserta didik melakukan identifikasi masalah, dengan maksud menemukan masalah-masalah dengan memilah yang penting dan kurang penting, yang besar dan kecil, dari masalah umum ke masalah yang operasional.  Kegiatan identifikasi masalah dapat dituntun dengan lembar kerja peserta didik (LKS).
2.    Memiih masalah untuk kajian kelas. Setelah identifikasi masalah telah ditentukan maslaha yang akan dikaji, dan selanjutnya dicari sumber data atau informasi.
3.    Mengumpulkan data/informasi. Sumber-sumber informasi dapat diperoleh melalui kajian perpustakaan, surat kabar, biro kliping, dan sumber tertulis lainnya. Dapat juga dengan kunjungan lapangan untuk melakukan pengamatan, wawancara, dan sebagainya.
4.    Mengembangkan portofolio kelas. Setelah cukup, selanjutnya dilakukan pembuatan portofolio yang terbagi ke dalam dua bagian, yaitu seksi portofolio dokumentasi dan seksi portofolio penayangan.
5.    Penyajian portofolio (show case). Setelah portofolio selesai dibuat dilakukan penyajian dengan kegiatan diskusi. Teknik diskusi dapat berupa seminar, panel, dan sebagainya untuk menginformasikan hasil temuan dan mempertahankan hasil temuan ke hadapan hadirin atau peserta didik lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar