Portofolio
dapat diartikan sebagai suatu wujud benda fisik, sebagai suatu proses sosial paedagogis, dan sebagai adjective. Sebagai benda fisik, protofolio
adalah bundel. Kumpulan atau dokumentasi hasil kerja peserta didik yang
terkumpul dalam satu bundel. Misalnya hasil tes awal (pre test), tugas-tugas
terstruktur, hasil tes akhir (pos test) dan sebagainya. Sebagai suatu proses
social paedagogis, portofolio adalah collection of learning experience
yang terdapat dalam pikiran peserta didik, baik yang berwujud pengetahuan
(kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor). Sebagai adjective,
portofolio seringkali disandingkan dengan konsep lain, seperti konsep penilaian
sehingga dikenal dengan istilah penilaian berbasis portofolio (portofolio
based assessment) (Budimansyah, 2002).
Landasan
pemikiran pembelajaran portofolio mendasarkan diri kepada sejumlah hal sebagai
berikut.
1.
Empat pilar pendidikan.
Sebagai landasan pembelajaran portofolio adalah learning to do, learning to
know, learning to be, dan learning to live together yang dicanangkan
oleh UNESCO. Peserta didik harus diberdayakan agar mau dan mampu berbuat untuk
memperkaya pengalaman belajarnya (learning to do) dengan meningkatkan
interaksi dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik, social, maupun
budaya.
Ketika peserta didik telah mengerjakan hal tersebut diharapkan mampu
membangun pemahaman dan pengetahuannya terhadap dunia sekitarnya (learning
to know). Diharapkan hasil interaksi dengan lingkungan sekitar tersbut
dapat membangun pengetahuan dan kepercayaan dirinya (learning to be).
Kesempatan berinteraksi dengan berbagai individu atau kelompok yang bervariasi
(learning to live together) akan membentuk kepribadiannya untuk memahami
kemajemukan dan melahirkan sikap-sikap positif dan toleran terhadap
keakeragaman dan perbedaan hidup yang berkembang di masyarakatnya.
2.
Pandangan
konstruktivisme. Pandangan ini menganggap bahwa semua peserta didik memiliki
gagasan/ pengetahuan tentang lingkungan dan gejala yang ada di dunia
sekitarnya, meskipun gagasan itu masih sangat terbatas. Pendidikan merupakan
upaya untuk mengorganisasi pengalaman sehingga gagasan-gagasan itu
menjadipengetahuan baru yang bermanfaat. Peranan guru adalah sebagai
fasilitator, organisator, pemimpin, motivator.
3.
Democratic teaching.
Pengajaran demokratik adalah suatu bentuk upaya yang menjadikan sekolah sebagai
pusat kehidupan demokrasi melalui pembelajaran yang demokratis. Dengan kata
lain democratic teaching merupakan proses pembelajaran yang dilandasi
oleh nilai-nilai demokrasi. Nilai-nilai itu adalah pengahargaan terhadap
kemampuan, menjunjung tinggi keadilan, menerapkan sesempatan, dan memperhatikan
keragaman peserta didik. Dalam pelaksanaannya para guru harus memposisikan
peserta didik sebagai insane yang harus dihargai kemampuannya dan diberi
kesempatan untuk mengembangkan prestasinya.
Sementara
prinsip-prinsip pembelajaran portofolio adalah sebagai berikut.
1.
Prinsip
belajar peserta didik aktif. Peserta didik diberikan peranan aktif mulai dari
perencanaan, pelaksanaan di lapangan, dan pelaporan hasil. Dalam tahap
perencanaan aktivitas peserta didik terlihat pada saat mengidentifikasi masalah
dengan menggunakan teknik brain storming. dalam tahapan kegiatan lapangan aktivitas
peserta didik lebih tampak dengan menggunakan teknik wawancara, pemngamatan
untuk memperoleh informasi. Pada tahapan pelaporan aktivitas peserta didik
berfokus pada pembuatan portofolio kelas. Segala bentuk data disusun secara
sistematis dan disimpan pada sebuah bundel (portofolio seksi dokumentasi).
Adapun data yang paling penting dan menarik ditempel pada portofolio seksi
penayangan, yaitu papan panel untuk display. Setelah portofolio selesai
dibuat dilakukan public hearing dalam kegiatan show case di
hadapan dewan yuri. Kegiatan ini merupakan puncak
penampilan peserta didik.
2.
Kelompok belajar
kooperatif. Pembelajaran portofolio menerapkan prinsip belajar kooperatif,
yaitu proses pembelajaran yang berbasis kerjasama. Kerjasama dengan berbagai
pihak dalam rangka memperoleh data/informasi. Misalnya dengan sesame teman,
orang tua, nara
sumber, pejabat pemerintah, lembaga pemerintah dan non pemerintah, dan lain
sebagainya.
3.
Pembelajaran
partisipatorik. Pembelajaran portofolio menganut prinsip pembelajaran
partisipatorik, sebab melalui model ini peserta didik belajar dengan melakukan
(learning by doing). Sebagai contoh peserta didik melakukan belajar
hidup berdemokrasi di sekolah, dalam sebuah proses pemilihan ketua OSIS. Dengan
demikian kegiatan itu mengajarkan demokrasi harus dalam suasana demokratis.
mengajarkan kegiatan itu tentu saja harus dalam suasana yang demokratis. Tujuan ini akan dapat tercapai jika dalam pembelajaran
berdasarkan kepada prinsip partisipatorik.
4.
Reactive
teaching. Pembelajaran
portofolio mendasarkan kepada pemebalajaran reaktif. Artinya guru perlu
menciptakan strategi yang tepat agar peserta didik selalu memiliki motivasi
yang tinggi. Guru harus memiliki sensibilitas untuk segera mengetahui apakah
pembelajaran menarik atau tidak. Ciri guru yang reaktif di antaranya menjadikan
pengalaman peserta didik, selalu berupaya membangkitkan motivasi peserta didik,
mengenali materi dan metode yang membosankan.
Langkah-langkah pembelajaran portofolio adalah sebagai berikut.
1.
Mengidentifikasi
masalah. Dalam suasana kelompok kecil peserta didik melakukan identifikasi
masalah, dengan maksud menemukan masalah-masalah dengan memilah yang penting
dan kurang penting, yang besar dan kecil, dari masalah umum ke masalah yang
operasional. Kegiatan identifikasi
masalah dapat dituntun dengan lembar kerja peserta didik (LKS).
2.
Memiih
masalah untuk kajian kelas. Setelah identifikasi masalah telah ditentukan
maslaha yang akan dikaji, dan selanjutnya dicari sumber data atau informasi.
3.
Mengumpulkan
data/informasi. Sumber-sumber informasi dapat diperoleh melalui kajian
perpustakaan, surat kabar, biro kliping, dan sumber tertulis lainnya. Dapat
juga dengan kunjungan lapangan untuk melakukan pengamatan, wawancara, dan
sebagainya.
4.
Mengembangkan
portofolio kelas. Setelah cukup, selanjutnya dilakukan pembuatan portofolio
yang terbagi ke dalam dua bagian, yaitu seksi portofolio dokumentasi dan seksi
portofolio penayangan.
5.
Penyajian
portofolio (show case). Setelah portofolio selesai dibuat dilakukan
penyajian dengan kegiatan diskusi. Teknik diskusi dapat berupa seminar, panel,
dan sebagainya untuk menginformasikan hasil temuan dan mempertahankan hasil
temuan ke hadapan hadirin atau peserta didik lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar