Senin, 07 April 2014

Kamis, 01 Desember 2011

Model Pembelajaran Portofolio


Portofolio dapat diartikan sebagai suatu wujud benda fisik, sebagai suatu proses sosial paedagogis, dan sebagai adjective. Sebagai benda fisik, protofolio adalah bundel. Kumpulan atau dokumentasi hasil kerja peserta didik yang terkumpul dalam satu bundel. Misalnya hasil tes awal (pre test), tugas-tugas terstruktur, hasil tes akhir (pos test) dan sebagainya. Sebagai suatu proses social paedagogis, portofolio adalah collection of learning experience yang terdapat dalam pikiran peserta didik, baik yang berwujud pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor). Sebagai adjective, portofolio seringkali disandingkan dengan konsep lain, seperti konsep penilaian sehingga dikenal dengan istilah penilaian berbasis portofolio (portofolio based assessment) (Budimansyah, 2002).
Landasan pemikiran pembelajaran portofolio mendasarkan diri kepada sejumlah hal sebagai berikut.
1.    Empat pilar pendidikan. Sebagai landasan pembelajaran portofolio adalah learning to do, learning to know, learning to be, dan learning to live together yang dicanangkan oleh UNESCO. Peserta didik harus diberdayakan agar mau dan mampu berbuat untuk memperkaya pengalaman belajarnya (learning to do) dengan meningkatkan interaksi dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik, social, maupun budaya.

Minggu, 27 November 2011

Prestasi Belajar


Pengertian Prestasi Belajar
Menurut Winkel (1996:482) menyatakan bahwa prestasi adalah kemampuan-kemampuan yang dihasilkan karena usaha belajar. Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung. Adapun prestasi dapat di artikan hasil yang diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan.
Fungsi Prestasi Belajar
Menutut Arifin (2009:12) fungsi utama dari prestasi belajar yaitu:
1.   Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Hal ini didasarkan atas asumsi bahwa para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai tendensi keingintahuan (Couriosity) dan merupakan kebutuhan umum pada manusia, termasuk kegiatan anak didik dalam suatu program pendidikan.
2.   Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai siswa.
3.  Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. Asumsinya adalah bahwa prestasi belajar dapat dijadikan pendorog bagi anak didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berperan sebagai umpan balik (feed back) dalam meningkatkan mutu pendidikan.
4.  Prestasi belajar sebagai Indikator Intern dan Ekstern dari suatu institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktifitas suatu institusi pendidikan. Asumsinya adalah bahwa kurikulum yang digunakan relevan dengan kebutuhan masyarakat dan anak didik. Indikator ekstern dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kecerdasan anak didik di masyarakat. Asumsinya adalah bahwa kurikulum yang digunakan relevan pula dengan kebutuhan pembangunan masyarakat.
5.   Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan) anak didik. Dalam proses belajar mengajar anak didik merupakan masalah yang utama, karena anak didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum.

Definition of Learning Achievement
According to Winkel (1996:482) states that the achievement is the capabilities resulting from the effort to learn. Students' intellectual abilities largely determine the success of students in gaining achievements. To determine the success or failure of a person in learning it is necessary to an evaluation, the aim to determine student achievement obtained after the learning process takes place. The achievements can interpret the results obtained because of the learning activities that have been done.
Learning Achievement Function
Demand Arifin (2009:12) the main function of learning achievement are:
1. Learning achievement as a symbol satisfying curiosity. This is based on the assumption that psychologists usually call this a curious tendency (Couriosity) and is a common requirement in humans, including the activities of students in an educational program.
2. Learning achievement as an indicator of the quality and quantity of knowledge that students have mastered.
3. Learning achievement as material information in educational innovation. The assumption is that learning can be pendorog achievement for students in improving science and technology, and serves as a feedback (feed back) in improving the quality of education.
4. Learning achievement as Internal and External Indicators of an educational institution. Internal indicator in the sense that the learning achievements can be used as an indicator of the productivity of an educational institution. The assumption is that the curriculum being used is relevant to the needs of the community and students. External indicator in the sense that the high and low learning achievement can be used as indicators of level of intelligence of the students in the community. The assumption is that the curriculum being used is also relevant to the needs of community development.
5. Learning achievements may be used as an indicator of absorptive capacity (intelligence) protégé. In teaching and learning of students is a major problem, because children are expected to educate all of the material can absorb the lessons that have been programmed in the curriculum.

Minat Belajar dan Ciri-cirinya


1.      Minat Belajar
a.       Pengertian Minat Belajar
Tingkat pencapaian kompetensi dasar sangat ditentukan oleh minat siswa terhadap mata pelajaran. Siswa yang mempunyai minat dapat diharapkan akan mencapai prestasi belajar yang optimal.
Menurut Padmowihardjo (1999:154) menjelaskan bahwa minat adalah sifat hati nurani yang timbul dengan sendirinya dan memiliki daya dorong. Minat yang besar dari seseorang akan membangkitkan daya dorong. Minat yang besar dari seseorang akan membangkitkan keinginan. Keinginan adalah sifat hati nurani yang timbul karena orang meminati sesuatu dan mendorong terbentuknya motif untuk berbuat untuk mewujudkannnya. Keinginan seseorang akan bangkit apabila ada minat yang besar.
b.      Ciri-Ciri Minat Belajar.
Menurut Slameto (2003:58) siswa yang berminat dalam belajar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1)      Mempunyai kecenderungan yang tetap untuk untuk memperhatikan dan mengenang sesuatu yang dipelajari secara terus menerus.
2)      Ada rasa suka dan senang pada sesuatu yang diminati.
3)      Memperoleh suatu kebanggaan dan kepuasan pada sesuatu yang diminati. Ada rasa keterikatan pada sesuatu aktivitas-aktivitas yang diminati.
4)      Lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya daripada yang lainnya.
5)      Dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas dan kegiatan.

2.      Prestasi Belajar
a.       Pengertian Belajar
Menurut Hamalik (2008:27) belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the modification or strengthening of behavior through experience). Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami.
Menurut Skinner (Dimyati, 2006:9), berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun. Dalam belajar ditemukan adanya hal berikut:
1) Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respons pebelajar
2) Respons si pebelajar
3) Konsekuensi yang bersifat menguatkan respons tersebut. Pemerkuat terjadi pada stimulus yang menguatkan konsekuensi tersebut.
Menurut Gagne (Dimyati, 2006:10), belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki ketrampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari (1) stimulus yang berasal dari lingkungan, dan (2) proses kognitif yang dilakukan oleh pebelajar. Dengan demikian belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru.
Bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Tingkah laku memiliki unsur subjektif dan unsur motoris. Unsur subjektif adalah unsur rohaniah, sedangkan unsur motoris adalah unsure jasmaniah. Bahwa seseorang sedang berpikir dapat dilihat dari raut mukanya, sikapnya dalam rohaniahnya tidak bisa dilihat. Tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek.
Menurut Anitah, dkk (2009:2.5) belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku. Menurut Sugihartono, dkk (2007:74) belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.


Dari berbagai definisi  tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses                  memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan kemampuan bereaksi yang relative permanen atau menetap karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya. Belajar adalah berubahnya tingkah laku seseorang menjadi lebiha baik, karena dari tidak tahu menjadi tahu.








1. Interest in Learning
a. Understanding Interest in Learning
Achieving basic competency level is determined by the interest of students towards subjects. Students who have an interest can be expected to achieve an optimal learning achievement.

According Padmowihardjo (1999:154) explains that the interest is the nature of conscience that arise by itself and has a driving force. Great interest of a person would generate thrust. Great interest of a person will arouse desire. Desire is the nature of conscience that arise because people interested in something and encourage the formation of a motive to do for mewujudkannnya. Wishes someone would rise if there is great interest.
b. Characteristics of Interest in Learning.According Slameto (2003:58) students who are interested in learning have the following characteristics:1) Having a fixed tendency to remember to pay attention and learn something continuously.2) There is a sense of love and happy on something of interest.3) Obtain a pride and satisfaction in something of interest. There is a sense of attachment to things of interest activities.4) More like a thing that became his interest than others.5) manifested through participation in events and activities.
2. Learning Achievementa. Understanding LearningAccording Hamalik (2008:27) study is a modification or re-enforce behavior through experience (learning is defined as the modification or strengthening of behavior through experience). According to this understanding, learning is a process, an activity and not an outcome or goal. Learning is not only remembering, but more than that, which is experiencing.According to Skinner (Dimyati, 2006:9), argued that learning is a behavior. At the time people learn, the better the response. Conversely, if he did not study the response decreases. In the study found the following:1) The chance occurrence of the events that lead to response learners2) The response of the learners3) The consequences that are reinforcing the response. Which amplifies the stimulus occurs in the reinforcing consequences.According to Gagne (Dimyati, 2006:10), learning is a complex activity. Learning outcomes in the form of capabilities. After learning of people have the skills, knowledge, attitudes, and values. The emergence of these capabilities are of (1) stimulus from the environment, and (2) the cognitive processes undertaken by the learners. Thus, learning is a set of cognitive processes that change the nature of environmental stimulation, through information processing, a new capability.Evidence that a person has learned is that the change in the person's behavior, for example, from not knowing to knowing, and from not understanding to understanding. Behavior has a subjective element and motor elements. Subjective element is the spiritual element, while the motor element is the physical element. That someone is thinking can be seen from his expression, his attitude in the spiritual can not be seen. Human behavior consists of a number of aspects.

According Anitah, et al (2009:2.5) study is an attempt by individuals to obtain a change of behavior. According Sugihartono, et al (2007:74) study is a process of behavior change as a result of individual interaction with their environment to meet their needs.

Sabtu, 26 November 2011

Senin, 19 September 2011

Tembang Jawi Sekar Macapat

Tembang Jawai Sekar Macapat merupakan warisan budaya bangsa indonesia. Kita sebagai generasi penerus diharapkan bisa melestarikan budaya tersebut. Untuk melestariannya, minimal kita mengetahui dan mengenal macam-macam tembang macapat. Dengan megenal maka akan timbul rasa sayang dan cinta terhadap budaya tersebut. Adapaun macam macam tembang jawi sekar macapat antara lain:

  1. Asmaradana
  2. Dhandanggula
  3. Durma
  4. Gambuh
  5. Kinanthi
  6. Maskumambang
  7. Megatruh
  8. Mijil
  9. Pangkur
  10. Pucung
  11. Sinom

Kamis, 18 Agustus 2011

Klasifikasi Ilmu Pengetahuan Dalam Konsep Islam

Klasifikasi ilmu pengetahuan dalam konsep islam tidak mengenal adanya dikotonomi antara ilmu pengetahuan umum dengan ilmu pengetahuan agama. Tidak benar apabila ada anggapan bahwa ilmu pengetahuan umum adalah ilmu kafir. Ilmu umum maupun ilmu agama adalah ilmu pengetahuan sumbernya berasal dari allah SWT.
Al-ghozali membagi ilmu pengetahuan menjadi dua jenis: ilmu-ilmu praktis (ilm al mu'amallah), Ilmu-ilmu spiritual (ilm al mukasyafah).


Ibn Khaldun menjelaskan ilmu manusia adalah mendapat sesuatu gambaran yang diketahui keadaannya dengan usaha. Ilmu ini berbeza dengan ilmu malaikat yang lebih tinggi. Namun ilmu malaikat dapat diperolehi oleh nabi dan rasul kerana mereka telah diberi sifat-sifat khusus oleh Allah untuk menerima wahyu bagi disampaikan kepada manusia lainnya. Menurut Ibn Khaldun, ilmu yang wujud dalam diri manusia mempunyai dua sumber, iaitu akal dan wahyu. Menerusi akal, manusia dibezakan dengan binatang yang tidak dianugerahkan akal dan fikiran bagi membezakan sesuatu benda.
Ibn Khaldun mengklasifikasikan ilmu kepada dua, iaitu ilmu yang diperolehi oleh manusia daripada rasul-rasul dan ilmu yang diperolehi berdasarkan proses akal. Ilmu yang pertama dinamakan al-Ulum al-Naqliyyah al-Wadiyyah (the traditional sciences), iaitu ilmu yang didapati melalui rasul Allah berdasarkan al-Quran dan al-Sunnah dan yang kedua dinamakan al-Ulum al-Hikmiyyah al-Falsafiyyah (the philosophical sciences), iaitu ilmu yang diusahakan oleh akal manusia.
Dalam al-Ulum al-Naqliyyah al-Wadiyyah, Ibn Khaldun menjelaskan ilmu yang terkandung dalamnya seperti berikut : (1) Ilmu Tafsir yang menjelaskan lafaz-lafaz al-Quran, (2) Ilmu Qiraah yang menyatakan bacaan al-Quran, (3) Ulum Hadith yang menjelaskan sanad dan perkhabaran perawi-perawi tentang Sunnah Rasulullah, (4) Usul Fiqh yang menjelaskan bagaimana mengeluar hukum-hukum Allah, (6) Ilmu Fiqh yang merupakan hukum yang diperolehi daripada perbuatan manusia, (7) Ilmu Kalam yang membahaskan aqidah keimanan dan hujah-hujahnya, (8) Ilmu Bahasa yang meliputi lughah, nahu, bayan dan adab. Jelasnya, semua ilmu ini adalah berdasarkan al-Quran dan as-Sunnah. Ibn Khaldun juga membahaskan ilmu Tasauf, dan Ramalan mimpi dalam khasifikasi ilmu pertama ini.
Dalam klasifikasi kedua, iaitu al-Ulum` al-Hikmiyyah al-Falsafiyyah (akal) terdapat beberapa jenis ilmu, iaitu (1) Ilmu Matematik yang menjelaskan sukatan dan ukuran, (2) Ilmu Handasah (Geometri) yang membahaskan persoalan ukuran dan timbangan, (3) Ilmu Hay’ah (Astronomi) yang melihat kepada pergerakan cakrawala, (4) Ilmu Mantiq yang menyatakan cara menjaga akal dari kesalahan, (5) Ilmu Tabie (Nature) yang mengkaji hal jisim dan persoalan-persoalan fizik, (6) Ilmu Ilahiyyat (Metafizik) yang membahaskan persoalan ketuhanan, (7) Ilmu Sihir, (8) Ilmu Rahsia Huruf, dan (9) Ilmu Kimia.
Setiap ilmu ini mempunyai cabang-cabang ilmu yang lain. Sebagai contohnya, ilmu Matematik akan melahirkan ilmu Arithmatik, ilmu Hisab, ilmu Mua’malat dan ilmu Faraid; ilmu Tabie / Fizik akan melahirkan ilmu kedoktoran dan ilmu Pertanian. Secara ringkasnya ilmu ini adalah berdasarkan pengalaman dan pemikiran manusia.
Pengklafikasian ilmu oleh Ibn Khaldun secara umumnya mempunyai persamaan dengan tokoh-tokoh sebelumnya seperti al-Farabi dalam kitabnya Ihsa’ al-Ulum dan al-Ghazali dalam Ilya’ Ulumuddin, Kitab al-Ilm. Al-Ghazali sebagai contohnya menggunakan istilah syar’iyah (syariah) dan ghayr al-syar’iyah (bukan syariah) sebagai ganti kepada pembahagian Ibn Khaldun (Kamaruddin, 1996).

Dari sudut lain, Ibnu Khaldun membahagi ilmu kepada dua bahagian, iaitu : (1) ilmu asas seperti ilmu Tafsir, Hadith dan Kalam dalam ilmu-ilmu syariah dan ilmu Fizik dan Metafizik dalam falsafah, (2) ilmu alat seperti ilmu Bahasa dan Matematik dalam ilmu-ilmu syariah dan ilmu Mantiq dalam ilmu falsafah yang menjadi wasilah bagi memahami ilmu asas. Mengenai kandungan ilmu asas berbanding dengan ilmu alat, Ibn Khaldun menyatakan skop perbincangan, penghuraian, pembuktian ilmu asas perlu diperluaskan dan diperinci, sedangkan skop ilmu alat cuma perlu setakat mana ia dapat membantu pelajar memahami ilmu asas (Ibrahim, 1996).
Berdasarkan apa yang dibincangkan di atas, jelaslah Ibn Khaldun merupakan seorang tokoh epistemologi yang ulung. Ringkasnya, dunia Islam dan barat dapat mengambil banyak manfaat daripada usaha beliau ini. Tokoh barat, G. Sarton menyanjungi Ibn Khaldun sebagai “...the greatest theoritician of history, the greatest philosopher of man’s experience, not only of the middle ages, but the whole period extending from the time of the great classical historians down to that of Machiavelli, Bodin and Vico.” (Fischel, W.J, 1967)


Evaluasi
  1. Guru Katro pada sekolah SD Ndeso mengarahkan pada siswa kelas VI, setelah tamat dari SD lebih baik melanjutkan ke MTS daripada ke SMP dengan alasan Ilmu yang dipelajari di SMP adalah ilmu kafir. Apa pendapat anda mengenai pemikiran guru katrok tersebut? Apabila anda bekerja pada SD tersebut bagaimana sikap anda terhadap permasalahan tersebut. Apa yang anda lakukan?
  2. Dalam suatu rapat dinas pada SD Tukul, Guru Arwana berpendapat bahwa penanaman nilai-nilai moral adalah menjadi tanggung jawab guru agama karena harus disampaikan oleh tenaga profesional. Bagaimana pendapat anda mengenai pendapat tersebut?